BAB
II
PEMBAHASAN
Ngaben adalah suatu upacara
pembakaran mayat yang dilakukan umat Hindu di Bali, upacara ini dilakukan untuk
menyucian roh leluhur orang sudah wafat menuju ketempat peristirahatan terakhir
dengan cara melakukan pembakaran jenazah.
Dalam diri manusia mempunyai
beberapa unsur, dan semua ini digerakan oleh nyawa/roh yang diberikan Sang
Pencipta. Saat manusia meninggal, yang ditinggalkan hanya jasad kasarnya saja,
sedangkan roh masih ada dan terus kekal sampai akhir jaman. Di saat itu upacara
Ngaben ini terjadi sebagai proses penyucian roh saat meninggalkan badan kasar.
Kata Ngaben sendiri mempunyai
pengertian bekal atau abu yang semua tujuannya mengarah tentang adanya
pelepasan terakhir kehidupan manusia. Dalam ajaran Hindu Dewa Brahma mempunyai
beberapa ujud selain sebagai Dewa Pencipta Dewa Brahma dipercaya juga mempunyai
ujud sebagai Dewa Api. Jadi upacara Ngaben sendiri adalah proses penyucian roh
dengan cara dibakar menggunakan api agar bisa dapat kembali ke sang pencipta,
api penjelmaan dari Dewa Brahma bisa membakar semua kekotoran yang melekat pada
jasad dan roh orang yang telah meningggal.
Upacara Ngaben ini dianggap
sangat penting bagi umat Hindu di Bali, karena upacara Ngaben merupakan
perujudan dari rasa hormat dan sayang dari orang yang ditinggalkan, juga
menyangkut status sosial dari keluarga dan orang yang meninggal. Dengan Ngaben,
keluarga yang ditinggalkan dapat membebaskan roh/arwah dari perbuatan perbuatan
yang pernah dilakukan dunia dan menghantarkannya menuju surga abadi dan
kembali berenkarnasi lagi dalam wujud yang berbeda.
Ngaben dilakukan dengan
beberapa rangkaian upacara, terdiri dari berbagai rupa sesajen dengan
tidak lupa dibubuhi simbol-simbol layaknya ritual lain yang sering dilakukan
umat Hindu di Bali. Upacara Ngaben biasa nya dilalukan secara besar besaran,
ini semua memerlukan waktu yang lama, tenaga yang banyak dan juga biaya yang tidak
sedikit dan bisa mengakibatkan Ngaben sering dilakukan dalam waktu yang lama
setelah kematian.
Pada masa sekarang ini
masyarakat Hindu di Bali sering melakukan Ngaben secara massal / bersama, untuk
meghemat biaya yang ada, dimana Jasad orang yang meninggal untuk sementara
dikebumikan terlebih dahulu sampai biaya mencukupi baru di laksanakan, namun
bagi orang dan keluarga yang mampu upacara ngaben dapat dilakukan secepatnya,
untuk sementara waktu jasad disemayamkan di rumah, sambil menunggu waktu yang baik.
Ada anggapan kurang baik bila penyimpanan jasad terlalu lama di rumah, karena
roh orang yang meninggal tersebut menjadi bingung dan tidak tenang, dia merasa
berada hidup diantara 2 alam dan selalu ingin cepat dibebaskan.
Pelaksanaan Ngaben itu sendiri
harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan pendeta untuk menetapkankan kapan
hari baik untuk dilakukannya upacara. Sambil menunggu hari baik yang akan
ditetapkan, biasanya pihak keluarga dan dibantu masyarakat beramai ramai
melakukan Persiapan tempat mayat ( bade/keranda ) dan replica berbentuk lembu
yang terbuat dari bambu, kayu, kertas warna-warni, yang nantinya untuk
tempat pembakaran mayat tersebut.
Dipagi harinyasaatupacara ini
dilaksanakan, seluruh keluargadanmasyarakat akan berkumpul mempersiapkan upacara.
Sebelum upacara dilaksanakan Jasad terlebih dahulu
dibersihkan/dimandikan, Proses pelaksaaan pemandian di pimpin oleh seorang
Pendeta atau orang dari golongan kasta Bramana.
Setelah proses pemandian
selesai , mayat dirias dengan mengenakan pakaian baju adat Bali, lalu
semua anggota keluarga berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir dan
diiringi doa semoga arwah yang diupacarai memperoleh kedamaian dan berada di
tempat yang lebih baik.
Mayat yang sudah dimandikan
dan mengenakan pakaian tersebut diletakan di dalam“Bade/keranda” lalu di usung
secara beramai-ramai, seluruh anggota keluarga dan masyarakat
berbarisdidepan “Bade/keranda”. Selama dalam perjalanan menuju
tempat upacara Ngabentersebut, bila terdapat persimpangan atau pertigaan, Bade/keranda
akan diputar putar sebanyak tiga kali, ini dipercaya agar si arwah bingung dan
tidak kembali lagi ,dalam pelepasan jenazah tidak ada isak tangis, tidak
baik untuk jenazah tersebut, seakan tidak rela atas kepergiannya.Arak arakan
yang menghantar kepergian jenazah diiringi bunyi gamelan,kidung suci.Pada
sisi depan dan belakang Bade/keranda yang di usung terdapat kain putih yang
mempunyai makna sebagai jembatan penghubung bagi sang arwah untuk dapat sampai
ketempat asalnya.
Setelah sampai dilokasi kuburan
atau tempat pembakaran yang sudah disiapkan, mayat di masukan/diletakan
diatas/didalam “Replica berbentuk Lembu“ yang sudah disiapkan dengan
terlebih dahulu pendeta atau seorang dari kasta Brahmana membacakan mantra dan
doa, lalu upacara Ngaben dilaksanakan, kemudian “Lembu” dibakar sampai menjadi
abu. Sisa abu dari pembakaran mayat tersebut dimasukan kedalam buah kelapa
gading lalu kemudian di larungkan/dihayutkan ke laut atau sungai yang dianggap
suci.
Dari pemamaparan diatas dapat
disimpulkan bahwa Ngaben adalah upacara pembakaran mayat di Bali yang saat
disakralkan dan diagungkan, upacara ini adalah ungkapan rasa hormat yang
ditujukan untuk orang yang sudah meninggal. Upacara ini selalu dilakukan secara
besar besar dan meriah, tidak semua umat Hindu di Bali dapat
melaksanakannya karena memerlukan biaya yang tidak sedikit. Semua yang berasal
dari sang pencipta pada masanya akan kembali lagi dan semua itu harus diyakini
dan ihklaskan. Manusia di lahirkan dan kemudian meninggal itu semua erat berhubungan
dengan amal perbuatannya selama di dunia.